Cold cold night

on

Cold cold night, minus two

Cold cold heart, minus you

– Me, around eleven years ago

Dulu saya pikir dengan sistem heating di negeri empat musim, saya nggak akan punya masalah karena bisa menyalakan heater sampai ruangan sehangat di daerah tropis. Setelah tinggal di Eropa, saya belajar kalau heater hanya membantu kita nggak kedinginan dan membeku. Di apartemen kami misalnya, kami mengatur temperatur nggak pernah lebih dari 21 derajat Celcius. Jadi, di musim dingin begini tiap hari saya mesti mengenakan celana panjang, baju rangkap dengan hoodie atau sweater, dan kaus kaki berbahan wol (kadang rangkap dua).

Mulai bulan Desember hingga Februari, siang hari lebih pendek dari “normal”nya tinggal di ekuator. Di Jerman, yang paling ekstrim matahari terbit jam delapan lalu terbenam jam empat (winter solstice). Di negara-negara yang lebih utara, seperti Islandia, matahari hanya nampak sekitar empat jam. Di periode ini level energi menurun; sering ngantuk, cepat capek, dan pinginnya meringkuk di balik selimut.

Biasanya sebelum tidur saya akan membawa bekal botol air panas (Wärmflasche) karena kasur selalu dalam keadaan dingin. Di dalam kamar tidur, heating sengaja nggak dinyalakan selama temperatur di luar masih nggak terlalu jauh dari nol derajat. Ini semacam house rules yang mesti saya biasakan juga setelah dua tahun hidup di sini. Alasan utama tidur tanpa heating di musim dingin adalah demi kesehatan dan penghematan energi. Sebagai pengganti, ada selimut tebal yang selama ini terbukti ampuh memberi kehangatan. Saya bisa tidur hanya dengan baju dalam, tanpa kaus kaki. Alles gut.

Malam ini, badai salju mendatangi Niedersachsen, negara bagian tempat saya tinggal, dengan prediksi ketinggian hingga 40 cm. Mungkin besok bisa main kereta luncur di taman, atau mending di rumah saja mendekam.

Leave a comment